top of page

Pendidikan Multikultural

Kesadaran akan nilai-nilai keberagaman ditumbuhkan YPSIM melalui penguatan budaya institusi, pengembangan kegiatan intrakurikuler, serta pengimplementasian kegiatan kokurikuler. Hingga tahun 2024, YPSIM memiliki beberapa sub-program unggulan bertema pendidikan multikultural seperti Kelas Religiusitas, Chatbot Bineka, serta Praktik Baik Doa Lintas Agama.

Kelas Religiusitas

Doa Lintas Agama

Chatbot Bineka

Kelas Religiusitas

Dalam rangka menanamkan dan memperkuat moderasi dan toleransi beragama, YPSIM mengembangkan modul Kelas Religiusitas. Kelas Religiusitas sendiri awalnya dikenal sebagai Kelas Agama Bersama. Setiap semester, guru-guru lintas agama akan mengadakan 1-2 sesi untuk memperkenalkan, membahas, dan menguatkan nilai-nilai kemanusiaan universal dari perspektif lintas agama. Harapannya, para siswa akan menemukan titik-temu yang semoga menjadi titik-tumbuh keimanan yang berkesadaran keberagaman sekaligus toleran. 

 

Mengingat pentingnya kegiatan tersebut, YPSIM mengembangkan modul dengan tujuan untuk:

  1. Menyelaraskan dan mengintegrasikan Kelas Religiusitas yang dilaksanakan pada setiap unit sekolah di YPSIM;

  2. Menjadi panduan bagi pelaksanaan Kelas Religiusitas agar capaian pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai;

  3. Menjadi rujukan atau contoh praktik baik yang dapat diduplikasi atau diadaptasi oleh sekolah lain.

Tujuan Pembelajaran Kelas Religiusitas

01.

Meningkatkan ketaatan beribadah menurut agama/kepercayaan masing-masing.

02.

Meningkatkan empati terhadap sesama.

03.

Meruntuhkan stereotype.

04.

Meningkatkan toleransi beragama.

Doa menjadi praktik baik yang sentral dalam pendidikan Indonesia. Namun begitu, biasanya doa bersama hanya diwakili oleh Islam selaku agama mayoritas. Praktik tersebut rentan menormalisasi hegemoni dan membuat kesadaran keberagaman menjadi rapuh, apalagi bagi agama/kepercayaan minoritas. 

 

Oleh karena itu, YPSIM membudayakan pelaksanaan praktik baik doa lintas agama setidaknya pada pada momen-momen insidental. Harapannya, siswa akan semakin peka dan berempati terhadap pemeluk agama/kepercayaan minoritas, sehingga toleransi aktif dapat terinternalisasi.

Praktik Baik
Doa Lintas Agama

bottom of page