Menyenangi produk kebudayaan bangsa lain seperti film-film drama Korea atau kuliner Korea tidak salah. Namun anak-anak muda tetap harus bersikap kritis dan punya jati diri sebagai bangsa Indonesia. Soalnya sering kali "penjajahan lewat budaya" itu bersifat halus, menyelusup lewat produk budaya populer seperti film sehingga efektif memengaruhi penonton.
dr Sofyan Tan berpidato di lapangan upacara Sekolah Swasta Sultan Iskandar Muda
Bangga Jadi Bangsa Indonesia
"Sekarang ini adegan dalam film-film drama Korea banyak menampilkan kuliner Korea yang sedang disantap si pemeran utama, hal ini kerap membuat anak-anak muda kita lalu tergila-gila pada makanan Korea karena dianggap enak," ujar Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), dr Sofyan Tan, saat menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-78 RI di Lapangan Sekolah YPSIM, Kamis, 27 Agustus 2023.
Masifnya serbuan film-film drama Korea (drakor) yang memromosikan kuliner korea, membuat kuliner Indonesia seperti pecel, gado-gado atau jenis kuliner lain kurang diminati anak-anak muda Indonesia zaman now. Menurut anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Sumut itu, menikmati produk kuliner bangsa asing tidak salah.
"Tapi jangan sampai kita berubah jadi orang asing, melainkan tetap jadi orang Indonesia dan berbudaya Indonesia. Soalnya merah putih direbut para pahlawan bangsa kita dengan taruhan nyawa," ujarnya. Tokoh pendidikan asal Medan yang telah meraih berbagai penghargaan itu sadar, Indonesia memang tertinggal dari Korea Selatan. Negara ginseng itu dikenal dengan aneka produk ponsel, produk elektronik rumah tangga hingga mobil yang menyerbu pasar Asia termasuk Indonesia. Berbagai produk kebudayaan populer Korea Selatan seperti film-film drakor dan music K-POP juga diterima luas di kalangan anak muda.
Dari sisi pendidikan, Korea Selatan juga unggul dalam hal tingkat pendidikan penduduknya. Jumlah penduduk Indonesia tamatan sarjana menurut Sofyan Tan hanya berkisar 9 persen dari jumlah penduduk, bandingkan dengan Korea Selatan yang mencapai 70 persen dari jumlah penduduk.
Kuasai IPTEK dan Amalkan Ideologi Pancasila
Untuk mengejar ketertinggalan di bidang IPTEK, siswa Perguruan SIM karena itu tak boleh hanya lulus SMA, tapi harus sampai sarjana, pasca sarjana bahkan hingga jadi doktor. Ia menyebut di lingkungan YPSIM, sejak tahun ajaran 2023/2024 telah dibuka Universitas Satya Terra Bhinneka.
"Kita tak boleh santai, tapi harus belajar dengan keras. Kita harus belajar kuasai iptek tinggi-tinggi dan amalkan Pancasila, hidup penuh toleransi untuk bangun bangsa Indonesia yang beradab agar bisa berdiri di atas kaki sendiri," tegas Sofyan Tan. Lewat pendidikan juga ia percaya bahwa musuh lain bangsa Indonesia, yakni kemiskinan, bisa dikurangi jumlahnya.
Pada bagian lain pidatonya, Sofyan Tan juga menekankan arti pentingnya Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa Indonesia yang terdiri dari 1.300 suku dengan ragam agama dan kepercayaan serta kebudayaan.
"Karena itu, untuk mendewasakan cara berpikir kita, jangan gunakan perbedaan suku, agama dan kepercayaan dalam menghadapi persaingan di bidang apa pun," katanya.
Upacara Peringatan HUT ke-78 RI diikuti siswa perwakilan dari unit SD, SMP dan SMA/SMK, para guru, dosen Universitas Satya Terra Bhinneka, dan dihadiri Anggota Dewan Pembina, Felix Harjatanaya, B.Sc. (hons), Ketua YPSIM, Finche Kosmanto, S.E., M.Psi., Pimpinan Perguruan, Edy Jitro Sihombing, M. Pd., dan para kepala sekolah.
Comments