top of page
Gambar penulisYayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda

Hermanto Aritonang: Mimpi Lahirkan Atlet Pelajar Tingkat Nasional

Di tangan Guru Olahraga mantan atlet jalan cepat Sumut, Hermanto Aritonang, prestasi olahraga siswa SMP Swasta Sultan Iskandar Muda terus bersinar. Teranyar, dalam Kejuaraan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) antar pelajar se-Sumatera Utara 2021 yang diadakan mulai 9-11 Desember 2022, atlet asuhannya meraih 1 medali emas dan 1 medali perak.


Medali emas disumbang Sefa Sembiring di nomor lari 80 meter, sedangkan Fauzan Handoko menyumbang medali perak di nomor 800 meter. DBON merupakan program Kemenpora bekerja sama dengan Ikatan Guru Olahraga Nasional (IGORNAS) Sumatera Utara. Kejuaraan mempertandingkan tiga cabang olahraga yakni atletik, panahan dan renang, dan digelar dari tanggal 9 - 11 Desember 2022.



Juara I Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Sekota Medan


Prestasi lain pada 2022 diraih “atlet-atlet” SMP Swasta Sultan Iskandar Muda dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), event tertinggi perlombaan bagi siswa.


"Kita juara 1 se Kota Medan", tutur Hermanto Aritonang. Sefa Sembiring Kembali memperlihatkan prestasinya. Ia meraih medali emas untuk tiga nomor gabungan, yakni Lari 100 meter, Lompat Jauh dan Tolak Peluru. Menurut Hermanto Aritonang Sefa menang di nomor lompat jauh dan tolak peluru, Tapi setelah nilai ketiga kategori yang diikuti digabung, ia meraih nilai tertinggi dibanding peserta dari sekolah lain sehingga ia meraih medali emas.




Meski OSN bagi pelajar adalah event paling bergengsi, namun Hermanto Aritonang menyebut ada event lain yang tak kalah bergengsi.


"Menurut saya event bergengsi lain yang dimenangkan siswa kita adalah dalam event Student Athletics


Championships (SAC) Indonesia 2022 yang diadakan di Stadion Universitas Negeri Medan," ujarnya.


"Event itu diikuti 5000 peserta dari berbagai kota di Sumut, dan tim kita meraih 2 medali perak 1 perunggu," ujarnya. Artinya persaingan diantara atlet siswa berlangsung sangat ketat. Adu stanmina, strategi dan psikologi saat bertanding, harus benar-benar diperhitungkan. Hanya mereka yang terbaik, berhak meraih medali.


SAC diadakan 11-13 November 2022. Prestasi Tim SD Swasta Sultan Iskandar Muda menurut Hermanto juga tak mengecewakan. Untuk nomor lari estafet, mereka juga meraih medali perak. Namun sayang, meski di nomor lari estafet Tim SMP dan SD meraih medali perak, di tingkat nasional yang diadakan di Jakarta, SAC tak mempertandingkan nomor lomba estafet untuk kategori tingkat SD dan SMP. Nomor lari estafet hanya diadakan untuk tingkat SMA dan SMK.


Itu yang membuat Hermanto kecewa, sekaligus sedih.


"Cabor atletik itu, kita nyari siswa untuk berlatih susah, tapi kalau untuk cabor sepakbola, bulu tangkis siswa itu mendaftar untuk berlatih," katanya. Atletik menurutnya belum jadi cabor 'glamour', gampang cari sponsor seperti sepak bola.


"Kadang sebagai pelatih kita malah yang rogoh kantong sendiri," ujarnya terbahak.

Sebagai mantan atlet atletik Sumut era 2000-an, ia paham soal itu.


Beasiswa Calon Atlet PPLP Sumut


Awal tahun 1998 menjadi lembaran hidup baru Hermanto Aritonang. Pelajar kelas satu SMP Negeri Hurase, Batang Angkola. Ia terpilih mewakili Padang Sidempuan untuk mengikuti seleksi sebagai calon atlet olahraga binaan dari Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Sumatera Utara (PPLP Sumut) di Medan. Semua gegara ia memenangi lomba lari. Ada 5 pelajar SMP yang ikut seleksi calon atlet pelajar tahun 1998. Ternyata hanya ia sendiri yang terpilih.


Sebagai atlet PPLP, ia mendapat beasiswa sekolah penuh, termasuk tempat penginapan, makan dan uang saku. Hermanto menjadi atlet PPLP Sumut hingga menyelesaikan SMA serta kuliahnya di UNIMED (PPLM) pada 2007. Namun ia hanya setahun berlatih untuk nomor lari sprint. Dua orang pelatih di PPLP merekomendasikan agar ia pindah ke cabor jalan cepat.


Beralih ke Cabor Jalan Cepat


“Tungkai kakimu pendek, tidak bisa jadi sprinter. Kalau diteruskan sampai kapan pun tidak berprestasi.” Begitu hasil evaluasi mereka. Hermanto sempat bergumul dengan keadaan itu. Tapi ia lalu teringat orang tu di Padang Sidempuan. Jika tak mampu menunjukkan prestasi sebagai atlet, beasiswa dan fasilitas lain yang diterima dari PPLP otomatis dicabut. Ia tak mau membuat usah dan malu orang tua di kampung. Akhirnya ia beralih ke nomor jalan cepat. Saat itu ia sudah duduk di Kelas 2 SMP 28 Asam Kumbang. Tahun 2000 di ajang POPNAS Palembang, ia meraih medali perunggu untuk nomor jalan cepat 5 kilometer.


Saat mahasiswa, pada Kejurnas POMNAS tahun 2000 yang diadakan di Purwokerto, Jawa Tengah, ia meraih medali emas untuk nomor 2 kilometer di Stadion Madya Pada tahun 2000-an ia juga merajai PORDASU untuk lari cepat. Lalu pada PON 2004, ia meraih medali perunggu. Namun tahun 2008 saat ia hanya meraih medali perak pada ajang PORPROPSU, ia keluar sebagai atlet PPLPM. Saat itu oleh Pemkab Padang Sidempuan, ia memang mendapat target untuk meraih medali emas, tapi gagal. Isu miring berkembang.


“Padahal waktu itu saya sedang PKL mengajar, waktu latihan kurang maksimal. Dan lawan memang bagus,” tutur guru kelahiran 7 Februari 1984 itu. Tahun 2008 keluar dari PPLPM. Ia sempat pontang-panting membiayai hidupnya. Sejak tahun 2009, ia lalu mengajar sebagai Guru Olahraga di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda hingga kini.


Janji Bisa Lahirkan Atlet Nasional dari Sekolah


Sebagai mantan atlet atletik, ia telah mengantarkan sejumlah siswa yang punya bakat di cabor atletik ke sejumlah pelatih. Selfa semisal sudah pernah diminta untuk jadi atlet binaan PPLP. Namun menolak, karena muridnya itu maunya terjun ke cabor sepak bola. Ia mengakui, fasilitas untuk membina siswa di cabor atletik di sekolah masih perlu ditingkatkan lagi.


“Kasih matras dengan mistarnya, saya bisa janjikan satu atlet nasional lahir dari SMP Swasta Sultan Iskandar Muda, “ ujar bapak dua anak itu.





5 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page